Dimana lagi kita harus mencari
kesabaran, selain di ruang tunggu yang tak berkesudahan?
Tunggu yang selalu mengawali
satu-persatu kehendak-Nya tiba,
tunggu yang antri bergantian untuk
mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir yang lainnya,
tunggu yang setia menunggu.
Disuguhinya
kita dengan degup-degup kecemasan,
dengan
binar-binar harapan,
dengan
serpihan-serpihan kebingungan,
dengan
bongkah-bongkah keraguan,
dengan
serangkaian ketidakpastian,
dengan
kesedihan serta kegembiraan yang silih berganti.
Yang semuanya memang harus
disantap dengan penuh keyakinan;
bahwa Dia sudah mempersiapkan yang
terbaik untuk setiap episode kehidupan kita,
dan tentu saja sesuatu yang
terbaik itu, akan didapatkan dengan usaha terbaik juga,
harus dihadapi dengan penyikapan
terbaik pula.
Karena jika tidak, kita tidak
pernah merasa kalau itu adalah yang terbaik bagi kita.
Dimana
lagi kita bisa memanen kesabaran,
selain
di ladang ujian yang tak terperikan?
Ujian
yang seringkali datang tiba-tiba,
ujian
yang tak pernah terbayangkan,
ujian
yang sebenarnya selalu ada dalam kehidupan kita.
Diparasitinya kita dengan keluh
kesah,
dipupukinya kita dengan rasa
kecewa,
disuburkannya kita dengan rasa
bersalah,
ditanaminya kita dengan rasa
sesal,
disiraminya diri kita dengan sifat
lemah,
digoyahkannya hati kita dengan
banyak prasangka.
Yang
kesemuanya bisa kita lewati dengan baik,
jika
kita punya akar keyakinan yang kuat. Keyakinan,
bahwa
Dia tidak akan pernah menguji kita dengan beban yang lebih berat dari kapasitas
kekuatan kita.
Dan
jikapun kita sesekali gagal dalam mengemban ujian tersebut,
mungkin
itu bukan ujian yang sebenarnya.
Tapi hanya salah satu cara-Nya
untuk memperkuat kita,
agar kita bisa lebih siap lagi
untuk menghadapi ujian-ujian yang selanjutnya.
Dimana lagi kita temukan tarian
indah kesyukuran,
selain pada hujan nikmat yang
mendera.
Nikmat
yang seringkali tak kita sadari,
nikmat
yang tak pernah kita minta,
nikmat
yang datang dengan begitu saja,
nikmat
yang ada dalam setiap desahan nafas.
Digerimisinya kita dengan kasih
sayang,
dibasahinya kita dengan
kebahagiaan,
digemericikinya urusan kita dengan
banyak kemudahan,
dirintikinya kehidupan kita dengan
banyak pertolongan,
diselimutinya hati kita dengan
kecukupan,
dihangatkannya hati kita dengan
rasa nyaman.
Yang
kesemuanya itu, akan kita rasakan,
jika
kita bernaung di bawah langit keyakinan.
Keyakinan,
bahwa Dia akan senantiasa menambah nikmat orang-orang yang bersyukur.
Tidak
selalu dari segi kuantitas, bisa saja dari segi kualitas.
Bisa
saja apa yang dimiliki tidak bertambah, atau bahkan berkurang.
Tapi
rasa syukurnya yang bertambah,
kenikmatannya
yang semakin berkualitas.
Karena bersyukur,
bukan masalah sebarapa banyak yang
kita punya,
tapi kemampuan kita untuk
menikmati apa yang sudah kita punya.
Dimana lagi kita jumpai
ketenangan,
selain pada hati yang terikat
pada-Nya.
Ikatan
yang kita jalin dengan usaha,
ikatan
yang kita sambung melalui doa,
ikatan
yang kita rekatkan dengan ayat-ayat-Nya,
ikatan
yang kita kuatkan dengan perintah-Nya,
ikatan
yang kita kencangkan dengan banyak kebaikan.
Ikatan keyakinan,
bahwa Dia bukanlah pelupa,
bahwa Dia akan selalu menepati
janji-janjiNya,
bahwa Dia tidak akan
menyia-nyiakan kita, bahwa Dia punya maksud, dan pasti itu baik.
***
“Ah, apa yang sebenarnya sedang
kamu bicarakan?”
“Bukan apa-apa, kita hanya sedang membicarakan tentang iman
“Bukan apa-apa, kita hanya sedang membicarakan tentang iman
0 komentar:
Post a Comment