Nak,
di negeri yang mayoritas rakyatnya muslim ini FATWA MUI tidak lagi memiliki
‘taji’ untuk sekedar dipahami apalagi untuk ditaati. Sejarah negeri mencatat
beberapa kali FATWA MUI yang mengharamkan untuk merokok karena dapat merusak
kesehatan, mengharamkan bunga bank karena mengandung unsur riba, atau fatwa
tentang haramnya memilih pemimpin selain yang beragama islam tidak dihiraukan
oleh negeri yang mayoritas rakyatnya muslim ini. Ironisnya Nak, tiap kali ada FATWA MUI disepakati sering menimbulkan
kontroversi lalu dibantah serta dipertanyakan oleh kalangan muslim yang juga paham
dengan agama ini. Tidak berhenti sampai pada sikap membantah serta
mempertanyakan, mereka lalu mengeluarkan dalil-dalil pembanding untuk membantah
FATWA MUI.
Nak,
di negeri yang mayoritas rakyatnya muslim ini Ulama tidak lagi dihargai apalagi
sampai dihormati. Pernah ada kasus Ulama diundang keluar negri dan menjadi
ramai pemberitaanya, karena katanya Ulama tersebut meminta bayaran yang terlalu
tinggi. Sedangkan untuk mengundang penyanyi keluar negri dengan bayaran tinggi
serta fasilitas pesawat jet pribadi dilakukan dengan senang hati. Rakyat
dinegri yang mayoritas muslim ini lebih senang membayar mahal untuk
mendatangkan artis luar negri dengan bayaran tinggi, tapi selalu berharap yang
murah atau gratis untuk urusan agamanya sendiri. Padahal Nak, Ulama ditiap akhir sholatnya selalu mendoakan ampunan dan
keselamatan untuk tiap muslim yang masih hidup maupun mati.
Nak,
dinegeri yang mayoritas rakyatnya muslim ini kita hidup berdampingan rukun
serta damai dengan yang beragama lain dengan didasari toleransi. Muslim
dinegeri ini paham betul tentang slogan Bhinneka
Tunggal Ika yang dicengkaram erat oleh kedua kaki burung garuda sebagai
lambang negeri. Muslim yang terlahir dinegeri ini sudah memiliki genetika,
logika, etika dan dialektika Bhinneka
Tunggal Ika. Genetika Bhinneka
Tunggal Ika dimiliki oleh muslim negeri dari para pemimpin tertinggi negeri
yang beragama islam yang memberikan keamanan, kenyamanan bahkan untuk
peringatan hari besar agama lain menjadi hari libur seluruh penduduk negeri.
Logika Bhinneka Tunggal Ika dimiliki
oleh muslim negeri dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menjadi pedoman disegala
aspek kehidupan serta tidak ada keraguan didalamnya sehingga tidak perlu
direvisi seperti Undang-Undang, pasal hukum ataupun kebijakan pejabat tinggi
negeri ini. Etika Bhinneka Tunggal Ika
dimiliki oleh muslim negeri dari budaya serta
tradisi masyarakat diseluruh negeri yang mengadaptasi dari nilai-nilai
islami. Sebagai contohnya Pepatah yang berbunyi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, merupakan ungkapan
kehidupan orang Minangkabau. Pernyataan adat ini mengandung makna bahwa adat
yang berlaku di Minangkabau adalah adat Islamiyah (adat yang diatur menurut
norma-norma dan aturan/sistem Islam) bukan adat jahiliah yang ponggah dan
menjajah kebebasan agama lain. Dialektika Bhinneka
Tunggal Ika dimiliki oleh muslim negeri dari bahasa nasional maupun
tradisional yang merupakan buah
akulturasi dan asimilasi yang tidak lepas dari ajaran yang islami. Sebagai
contoh dialektika yang sering diucapkan oleh Si Kabayan “ Heuheuy jeung deudeuh” artinya kehidupan dunia ini adalah
sendagurau dan kasih sayang. Hal tersebut cocok dengan ayat al-qur’an “ Innal hayata dunya laibun wa lahwun” dan hadits nabi “sayangilah yang ada di bumi
nicaya engkau akan disayangi oleh zat yang ada di langit”. Jadi Nak, setelah paham tentang ini
seharusnya tidak ada lagi pertentangan tentang islam dan ideologi negeri ini.
Nak, sekarang mari kita coba mengulangi
bunyi serta mencerna arti dari 5 sila sebagai ideologi dasar negeri ini. Isi
disila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti kedaulatan
negeri mengakui kedaulatan beragama tiap rakyat diseluruh negeri diakui serta
didasari dengan saling menghormati tanpa merasa paling mengerti ajaran agama
lain dibanding pemeluk agama itu sendiri. Isi disila kedua berbunyi “Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab”, ini berarti jika keadilan bisa ditegakan oleh petinggi
negri dengan tanpa intervensi untuk supremasi hukum dinegeri maka akan
melahirkan masyarakat yang beradab tanpa anarki. Isi disila ketiga berbunyi “Persatuan
Indonesia”, ini berarti persatuan dalam keberagaman yang ada dimasyarakat
negeri ini bisa terjadi tanpa perseteruan diakibatkan satu orang bersalah yang
menyebabkan masyarakat berseteru tidak diadili. Isi sila keempat berbunyi “Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan”, ini
berarti kepemimpinan negeri ini harus didasari oleh sikap hikmat tanpa khianat
terhadap rakyat, sikap yang bijakasana bagi seluruh rakyatnya bukan bijak
disana terhadap segelintir orang tapi tidak bijak disini terhadap rakyat yang
terdiskriminasi tentu sikap tersebut dibingkai dalam permuswaratan yang mewakilkan
kepentingan semua golongan. Sila kelima berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”, lagi-lagi kata adil terulang disila ini tentu sila ini juga
memiliki arti bahwasanya keadilan harus ditegakan dan dirasakan oleh seluruh
rakyat dinegeri ini. Pahamilah Nak,
agar kelak nanti kau bisa menjadi muslim yang baik di bumi pertiwi yang Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto
Raharjo.
Nak,
esok dihari jumat yang Allah berkahi umat islam dari penjuru negeri akan ikut
aksi di ibukota negeri ini. Mereka menutut proses hukum terhadap orang yang
telah menistakan Al-Qur’an dengan mengutip salah satu surat dan ayat didalamnya
seakan orang tersebut mengerti, padahal pejabat tinggi itu memiliki keyakinan
agama yang berbeda dengan umat muslim di negeri ini. Hal ini seharusnya tidak
perlu terjadi jika 5 tahun lalu umat muslim di ibukota menaati Fatwa MUI.
Beberapa malam ini saudara-saudara seiman dari seluruh negeri hadir ke ibukota
untuk mengikuti aksi bersama menuntut petinggi negeri ini agar hukum ditegakan
dengan seadil-adilnya. Karena terlalu banyak basi-basi dari petinggi negeri
dalam penanganan kasus hukum ini, alibinya masih kurang bukti. Tapi disisi lain
bila muslim yang melakukan kesalahan dinegeri ini maka bisa langsung di Bui
dengan alasan takut akan menghilangkan barang bukti lihat saja rentetan kasus
hukum yang akhir-akhir ini terjadi mulai dari mantan mentri yang berinisial DI
yang tersangka korupsi, kasus taat pribadi tersangka penipuan serta perusakan
aqidah atau relasi proyek reklamasi yang sudah di bui karena tuduhan
gratifikasi tapi pejabat yang menjadi relasi masih bebas ikut kontestasi agar
terpilih lagi sebagai pemimpin diibukota negeri ini. Umat muslim yang akan
mengadakan aksi esok hari dianggap tidak peka dengan kasus kekinian dinegeri
ini seperti tidak aksi besar-besaran untuk pemberantasan korupsi, mereka bilang
aksi ini akan menggangu stabilitas keamanan dan stabilitas ekonomi untuk
berinvestasi. Tapi mari kita tengok kebelakang ketika muslim menjadi pejabat
tinggi dilembaga anti korupsi yang berinisial AS dan BW, mereka dipolitisasi
sehingga harus berhenti dari jabatannya karena kasus hukum yang menimpanya.
Padahal dalam konferensi pers nya setelah diintogerasi salah seorang dari
pimpinan lembaga anti korupsi tersebut berucap bahwa dia sedang melakukan shaum sunnah ayyamul bidh, dan kita
sadar betul diakhir zaman ini bagi tiap muslim sulit untuk menghidupkan sunnah
sesuai ajaran nabi disaat ibadah wajib pun mulai ditinggalakan tanpa
penyesalan. Dan akhirnya kasus kedua orang muslim yang menjabat sebagai
pimpinan dilembaga korupsi itu pun dideponering.
Lalu bagaimana dengan kasus salah satu pimpinan tertinggi lembaga anti korupsi
saat ini yang berinisial SS dengan organisasi kemahasiswaan islam terbesar HMI.
Orang tersebut masih tetap menjabat sebagai pimpinan tertinggi dilembaga
korupsi walaupun sudah didemo oleh HMI, dan meminta maaf serta memberi
klarifikasi terhadap kekhilafan yang terjadi. Padahal statement dari presiden negeri ini tidak akan bisa pejabat tinggi
dilembaga anti korupsi bekerja dengan baik jika dirinya sendiri masih terbelit
kasus hukum yang harus dijalani. Lihatlah Nak,
supremasi hukum dinegeri ini yang katanya bisa terjadi tanpa adanya intervensi
dari pejabat tinggi masih sering mengalami inkonsistensi.
Nak, ada banyak tuduhan dan konsekuensi
atas aksi yang akan dilakukan esok hari. Mulai dari tuduhan aksi esok hari akan
berakhir anarki ataupun aksi tersebut ditunggangi. Para pejabat tinggi dan
media mainstream masa kini menyerukan peserta aksi besok untuk tidak anarki,
seharusnya mereka ganti statement tersebut dengan kalimat “aksi besok tidak
akan anarki”. Karena para peserta aksi bukanlah para mahasiswa yang belajar
manajemen aksi, dan tidak ada keuntungan sedikit pun untuk umat muslim dinegeri
ini jika aksi tersebut berakhir anarki. Kecuali jika ada provokator dan oknum
yang masuk kedalam barisan aksi kami lalu membuat chaos keadaan yang ada. Disosial media terjadi penggiringan opini
dengan menjadikan trending informasi
yang membela pejabat tinggi yang melakukan penistaan kitab suci. Website-website serta account-account umat muslim di blokir
karena katanya mengandung informasi yang memprovokasi, lalu kenapa pemerintah
tidak melakukan pemblokiran juga ke website-website
atau account-account social media
yang menghina ulama yang akan ikut turun aksi esok hari. Telitilah Nak,
dalam mebaca informasi dan berpikirlah dengan mendalam sebelum kamu menyebarkan
informasi.
Nak, semoga dizaman kalian nanti jauh
lebih baik dan tentram dari masa kini. Semoga aksi ini menjadi momentum bagi
umat ini untuk mau menjalani tiap Fatwa MUI dan menjadikan ulama lebih
dihormati. Semoga muslim yang memilih untuk tidak aksi dapat terus mendo’akan
keberkahan perjuangan saudara-saudara seimannya serta keamanan selama aksi
berlangsung. Semoga kasus ini tidak terulang lagi dimana seseorang rakyat dinegeri
ini yang berbeda keyakinan merasa paling paham terhadap kita suci agama lain.
Dan terakhir semoga dinegeri ini keadilan masih bisa ditegakan sejak dalam
pikiran ataupun perbuatan oleh tiap rakyat dinegeri ini.
Kamis, 3 November 2016
Malam dikolong langit ibukota
@MuRaNu
0 komentar:
Post a Comment