Dakwah membutuhkan kader yang solid secara tim dan militan secara individu. Kombinasi kekuatan inilah yang nantinya akan menunjang aktifitas dakwah seorang kader dalam melakukan aktifitas dakwah yang ada. Seorang kader yang memiliki integritas yang tinggi saat ini sangat dibutuhkan, dimana ia melakukan segala aktifitas dakwha hanya untuk Allah semata, ia sangat meyakini risalah Islam ini merupakan suatu yang mulia, dan dengan keyakinan inilah ia berjuang untuk menyebarkannya.
Komitmen itu bukanlah sebuah mukjizat dari Allah, akan tetapi komitmen merupakan suatu bentuk karakter yang bisa dibentuk dengan dukungan lingkungan yang kondusif. Komitmen dibentuk dengan dasar kebutuhan dan sebuah tekad untuk memberikan yang terbaik bagi lingkungan atau dalam hal ini lembaga tempat seseorang beraktifitas. Sedangkan, kepemilikan akan sebuah lembaga adalah konsekuensi logis dari perasaan nyaman dan dihargai dari seorang kader. Ketika seorang kader dapat merasakan hal ini, maka kepemilikan lembaga dakwah oleh semua kader akan terwujud.
Bagaimanakan dampak dari komitmen dan rasa kepemilikan dari seorang kader terhadap kinerjanya, saya coba berikan ilustrasi dalam bentuk gambar dibawah ini.
Adanya komitmen merupakan tonggak awal seseorang bersedia untuk beradaptasi terhadap sebuah lingkungan dengan segala tata nilainya. Adanya adaptasi yang telah dimiliki akan menimbulkan tanggung jawab seorang kader untuk berkontribusi, dan tumbuhlah rasa memiliki dari seorang kader terhadap lembaga dakwahnya. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa seorang kader sudah “mencintai” aktifitas yang dilakukannya.
Menumbuhkan Komitmen Dakwah
Komitmen dakwah dibentuk dengan menumbuhkan orientasi akan dakwah itu sendiri dan kebermanfaatan yang didapat dari melakukan aktifitas dakwah. Seseorang yang telah mempunyai gambaran akan tujuan akhir terkait apa yang dilakukannya akan lebih memiliki arah gerak yang jelas. Begitupula jika seseorang sudah mengetahui manfaat yang didapat dari apa yang dilakukan, maka ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Sebagai contoh ketika Anda sedang lapar, tentu Anda akan berusaha untuk mencari tempat makan sesegera mungkin. Dengan melihat dua pertimbangan awal terbentuknya sebuah komitmen maka dapat kita pahami bahwa komitmen dibentuk atas kesadaran diri, komitmen dibentuk dari dalam diri masing-masing Individu.
Mengenal Allah
Dakwah yang dilakukan hanya untuk Allah semata, semua yang kita jalankan dalam perjuangan dakwah ini diniatkan juga hanya karena Allah. Sehingga langkah pertama untuk menumbuhkan komitmen adalah mengenal dengan baik untuk “Siapa” kita berdakwah. Dengan mengenal untuk siapa kita berdakwah, tentunya seorang kader akan mempunyai tujuan yang jelas dalam melakukan segala aktfitas dakwah.
Memahami orientasi dakwah
Orientasi dakwah seorang kader adalah untuk Allah dan AgamaNya semata. Disini kader ditekankan bahwa bukan dakwah yang membutuhkannya, akan tetapi kader lah yang membutuhkan dakwah ini. Bagaimanapun berat dan panjangnya dakwah ini, yakinlah bahwa ini tetaplah jalan terpendek menuju surga. Kader dengan orientasi dakwah yang jelas, akan lebih tahan terhadp ancaman kekecewaan dan kejenuhan. Karena ia melakukan aktifitas dakwah bukan untuk lembaga dakwah atau pemimpin lembaga dakwah, lembaga dan pemimpin hanya fasilitator baginya untuk menjalankan dakwah secara ber-jamaah.
Menumbuhkan keikhlasan
Keikhlasan seseorang dalam menjalankan aktifitas dakwah tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, akan tetapi juga bermanfaat untuk keberkahan lembaga dakwah secara umum. Karena keikhlasan kader dalam berdakwah akan berdampak positif pada lingkungan lembaga dakwah. Akan tercipta lingkungan yang saling memahami, toleransi, jauh dari ambisi pribadi, tidak ada arogansi individu, ketaatan pada pemimpin serta kekuatan tim yang saling mendukung satu sama lain.
Menumbuhkan Rasa Keberpemilikan
Seseorang akan merasa memiliki sebuah komunitas ketika ia merasa terlibat dalam komunitas tersebut, ia merasa mempunyai peran yang signifikan dalam pengambilan kebijakan atau langkah masa depan komunitas, serta ia merasa terapresiasi oleh pemimpin dan kawan-kawannya dalam komunitas tersebut. Ketika seorang kader sudah merasa menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka akan berdampak pada totalitas dalam berjuang, rela berkorban serta bersedia untuk memberikan yang terbaik untuk kemajuan lembaga dakwah bersama. Tentunya Anda menginginkan kader memiliki hal ini secara merata, karena dengan kader yang merasa telah menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka lembaga dakwah akan berkembang dengan baik.
Adanya nuansa apresiasi
Terima kasih, dua buah rangkaian kata yang mudah diucapkan, akan tetapi berdampak sangat besar untuk yang menerimanya. Membiasakan untuk memberikan apresiasi kepada sesama kader untuk segala hal ( bahkan hal kecil-contoh:membereskan karpet ) bisa dibiasakan untuk membangun nuansa positif dalam komunitas dakwah. Atau jika seorang kader ternyata lalai dalam amanah, ucapan pujian atas usahanya perlu disampaikan untuk membesarkan hatinya, dan meyakinkan bahwa kesalahan yang dilakukan sangat mungkin untuk dilakukan oleh siapa saja. Bentuk penghargaan simbolik juga diperlukan untuk menstimulus kader dalam beraktifitas, sehingga kader terpacu untuk bisa memberikan yang lebih baik dalam setiap tanggung jawab yang diembannya.
Adanya kepercayaan dari pemimpin
Kepercayaan adalah modal utama dalam berorganisasi, tidak mungkin seorang pemimpin melakukan segala urusan sendirian. Perlu adanya delegasi dari pemimpin ke kader, selain untuk membuat organisasi sehat, peran kaderisasi juga terjadi disini. Seorang yang diberikan kepercayaan lebih akan merasa dirinya diakui secara potensi dan ia akan membalas kepercayaan pemimpin dengan berkontribusi secara optimal dalam tanggungjawab yang dimilikinya. Memang pada awalnya seorang pemimpin biasanya mengalami dilematika, dimana mungkin ia belum percaya kepada seorang kader dalam menjalankan sebuah tanggung jawab, akan tetapi Anda sebagai pemimpin harus “tega” dalam memberikan kepercayaan ini. Rasakan sensasi yang Anda rasakan saat pertama kali memberikan kepercayaan kepada kader yang paling tidak Anda percaya, akan tetapi Anda harus yakin, dan tetap memotivasi kader tersebut secara rutin. Ketika kader tersebut ternyata dapat menjalankan tanggung jawab dengan baik, maka dilematika itu akan hilang seketika dan kepuasan akan terasa di benak Anda.
Memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi dan terlibat dalam pengambilan kebijakan
Saya memandang bahwa inti kreatifitas dan inovasi dari sebuah lembaga dakwah bukan pada top management, akan tetapi pada middle management nya. Peran badan pengurus hanya sebatas membuat arah gerak dan koridornya. Sedangkan ranah inovasi dan kreatif diharapkan dapat terbangun pada kader. Biasanya seseorang akan lebih senang dan tertantang dengan hal yang berasal dari idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi, akan terbentuk sebuah budaya perbaikan secara terus menerus. Selain itu dengan melibatkan kader dalam pengambilan khaebijakan akan membangun tanggung jawab lebih terhadap kader kepada lembaga dakwah.
Meningkatkan intensitas pertemuan semua kader
Dengan adanya pertemuan kader terpusat yang menghadirkan semua kader dakwah dalam waktu dan tempat yang sama memberikan kesempatan kepada kader untuk saling berbagi pengalaman dan transfer semangat antara kader. Selain itu dengan adanya temu kader terpusat, akan menimbulkan perasaan bahwa “saya tidak berdakwah sendirian”, perasaan ini sangat penting untuk membangun semangat amal jama’I dalam benak kader.
Komitmen itu bukanlah sebuah mukjizat dari Allah, akan tetapi komitmen merupakan suatu bentuk karakter yang bisa dibentuk dengan dukungan lingkungan yang kondusif. Komitmen dibentuk dengan dasar kebutuhan dan sebuah tekad untuk memberikan yang terbaik bagi lingkungan atau dalam hal ini lembaga tempat seseorang beraktifitas. Sedangkan, kepemilikan akan sebuah lembaga adalah konsekuensi logis dari perasaan nyaman dan dihargai dari seorang kader. Ketika seorang kader dapat merasakan hal ini, maka kepemilikan lembaga dakwah oleh semua kader akan terwujud.
Bagaimanakan dampak dari komitmen dan rasa kepemilikan dari seorang kader terhadap kinerjanya, saya coba berikan ilustrasi dalam bentuk gambar dibawah ini.
Adanya komitmen merupakan tonggak awal seseorang bersedia untuk beradaptasi terhadap sebuah lingkungan dengan segala tata nilainya. Adanya adaptasi yang telah dimiliki akan menimbulkan tanggung jawab seorang kader untuk berkontribusi, dan tumbuhlah rasa memiliki dari seorang kader terhadap lembaga dakwahnya. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa seorang kader sudah “mencintai” aktifitas yang dilakukannya.
Menumbuhkan Komitmen Dakwah
Komitmen dakwah dibentuk dengan menumbuhkan orientasi akan dakwah itu sendiri dan kebermanfaatan yang didapat dari melakukan aktifitas dakwah. Seseorang yang telah mempunyai gambaran akan tujuan akhir terkait apa yang dilakukannya akan lebih memiliki arah gerak yang jelas. Begitupula jika seseorang sudah mengetahui manfaat yang didapat dari apa yang dilakukan, maka ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Sebagai contoh ketika Anda sedang lapar, tentu Anda akan berusaha untuk mencari tempat makan sesegera mungkin. Dengan melihat dua pertimbangan awal terbentuknya sebuah komitmen maka dapat kita pahami bahwa komitmen dibentuk atas kesadaran diri, komitmen dibentuk dari dalam diri masing-masing Individu.
Mengenal Allah
Dakwah yang dilakukan hanya untuk Allah semata, semua yang kita jalankan dalam perjuangan dakwah ini diniatkan juga hanya karena Allah. Sehingga langkah pertama untuk menumbuhkan komitmen adalah mengenal dengan baik untuk “Siapa” kita berdakwah. Dengan mengenal untuk siapa kita berdakwah, tentunya seorang kader akan mempunyai tujuan yang jelas dalam melakukan segala aktfitas dakwah.
Memahami orientasi dakwah
Orientasi dakwah seorang kader adalah untuk Allah dan AgamaNya semata. Disini kader ditekankan bahwa bukan dakwah yang membutuhkannya, akan tetapi kader lah yang membutuhkan dakwah ini. Bagaimanapun berat dan panjangnya dakwah ini, yakinlah bahwa ini tetaplah jalan terpendek menuju surga. Kader dengan orientasi dakwah yang jelas, akan lebih tahan terhadp ancaman kekecewaan dan kejenuhan. Karena ia melakukan aktifitas dakwah bukan untuk lembaga dakwah atau pemimpin lembaga dakwah, lembaga dan pemimpin hanya fasilitator baginya untuk menjalankan dakwah secara ber-jamaah.
Menumbuhkan keikhlasan
Keikhlasan seseorang dalam menjalankan aktifitas dakwah tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, akan tetapi juga bermanfaat untuk keberkahan lembaga dakwah secara umum. Karena keikhlasan kader dalam berdakwah akan berdampak positif pada lingkungan lembaga dakwah. Akan tercipta lingkungan yang saling memahami, toleransi, jauh dari ambisi pribadi, tidak ada arogansi individu, ketaatan pada pemimpin serta kekuatan tim yang saling mendukung satu sama lain.
Menumbuhkan Rasa Keberpemilikan
Seseorang akan merasa memiliki sebuah komunitas ketika ia merasa terlibat dalam komunitas tersebut, ia merasa mempunyai peran yang signifikan dalam pengambilan kebijakan atau langkah masa depan komunitas, serta ia merasa terapresiasi oleh pemimpin dan kawan-kawannya dalam komunitas tersebut. Ketika seorang kader sudah merasa menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka akan berdampak pada totalitas dalam berjuang, rela berkorban serta bersedia untuk memberikan yang terbaik untuk kemajuan lembaga dakwah bersama. Tentunya Anda menginginkan kader memiliki hal ini secara merata, karena dengan kader yang merasa telah menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka lembaga dakwah akan berkembang dengan baik.
Adanya nuansa apresiasi
Terima kasih, dua buah rangkaian kata yang mudah diucapkan, akan tetapi berdampak sangat besar untuk yang menerimanya. Membiasakan untuk memberikan apresiasi kepada sesama kader untuk segala hal ( bahkan hal kecil-contoh:membereskan karpet ) bisa dibiasakan untuk membangun nuansa positif dalam komunitas dakwah. Atau jika seorang kader ternyata lalai dalam amanah, ucapan pujian atas usahanya perlu disampaikan untuk membesarkan hatinya, dan meyakinkan bahwa kesalahan yang dilakukan sangat mungkin untuk dilakukan oleh siapa saja. Bentuk penghargaan simbolik juga diperlukan untuk menstimulus kader dalam beraktifitas, sehingga kader terpacu untuk bisa memberikan yang lebih baik dalam setiap tanggung jawab yang diembannya.
Adanya kepercayaan dari pemimpin
Kepercayaan adalah modal utama dalam berorganisasi, tidak mungkin seorang pemimpin melakukan segala urusan sendirian. Perlu adanya delegasi dari pemimpin ke kader, selain untuk membuat organisasi sehat, peran kaderisasi juga terjadi disini. Seorang yang diberikan kepercayaan lebih akan merasa dirinya diakui secara potensi dan ia akan membalas kepercayaan pemimpin dengan berkontribusi secara optimal dalam tanggungjawab yang dimilikinya. Memang pada awalnya seorang pemimpin biasanya mengalami dilematika, dimana mungkin ia belum percaya kepada seorang kader dalam menjalankan sebuah tanggung jawab, akan tetapi Anda sebagai pemimpin harus “tega” dalam memberikan kepercayaan ini. Rasakan sensasi yang Anda rasakan saat pertama kali memberikan kepercayaan kepada kader yang paling tidak Anda percaya, akan tetapi Anda harus yakin, dan tetap memotivasi kader tersebut secara rutin. Ketika kader tersebut ternyata dapat menjalankan tanggung jawab dengan baik, maka dilematika itu akan hilang seketika dan kepuasan akan terasa di benak Anda.
Memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi dan terlibat dalam pengambilan kebijakan
Saya memandang bahwa inti kreatifitas dan inovasi dari sebuah lembaga dakwah bukan pada top management, akan tetapi pada middle management nya. Peran badan pengurus hanya sebatas membuat arah gerak dan koridornya. Sedangkan ranah inovasi dan kreatif diharapkan dapat terbangun pada kader. Biasanya seseorang akan lebih senang dan tertantang dengan hal yang berasal dari idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi, akan terbentuk sebuah budaya perbaikan secara terus menerus. Selain itu dengan melibatkan kader dalam pengambilan khaebijakan akan membangun tanggung jawab lebih terhadap kader kepada lembaga dakwah.
Meningkatkan intensitas pertemuan semua kader
Dengan adanya pertemuan kader terpusat yang menghadirkan semua kader dakwah dalam waktu dan tempat yang sama memberikan kesempatan kepada kader untuk saling berbagi pengalaman dan transfer semangat antara kader. Selain itu dengan adanya temu kader terpusat, akan menimbulkan perasaan bahwa “saya tidak berdakwah sendirian”, perasaan ini sangat penting untuk membangun semangat amal jama’I dalam benak kader.
0 komentar:
Post a Comment