Lembayung senja mulai memudar, malam mulai menunjukan kuasanya..
Suara adzan maghrib pun memecah dunia, maghrib memang waktu sholat yang paling ramai orang-orang ke mesjid dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya..
Suara adzan dari sang muadzin terdengar serak dan berat, mungkin karena yang punya suara sudah menua dan napasnya pun tersengal..
Yah itulah realita, rata2 penggurus dan jamaah sholat mesjid memang di dominasi oleh orang orang usia senja..mungkin karena si muda terlalu asik dengan dunia..
Aku tidak ingin terlena dengan dunia yang fana ini, dan aku pun segera bergegas menuju masjid didekat rumah dengan mengenakan baju koko putih dan celana bahan berwarna biru..
Kegiatan sholat maghrib berjamaah pun berlangsung secara khidmat..
Selesai dari sholat aku pun bergegas untuk pulang ke rumah..
Namun diperjalanan pulang,, tiba-tiba terdengar suara orang yang meneggurku
“Ihh ada Dede Lucu,.”
Aku pun merasa terusik, karena aku kan bukan dede2 lagi, aku sudah dewasa karena sudah kuliah.. mungkin karena pakaianku yang seperti anak SMP, dia memanggil ku dede.. ah sudahlah aku pun berusaha menghiraukan suara tersebut dan tetap mempercepat langkah..
Namun,
Sumber suara yang lain menyambung perkataan temannya
“Dede lucu, abis pulang sholat maghrib ya?
Aku pun sedikit penasaran dengan sumber suara tersebut, karena jenis suara yang sedikit aneh karena bernada genit tapi jenis suaranya terasa berat seperti lelaki..
aku pun menoreh ke sumber suara itu.. Dan melihat ternyata yang menggodaku adalah
2 ORANG WARIA yang sedang beristirahat di warung kelontongan…
Mengetahui kenyataan itu aku yang tadinya kesal
Berubah drastis menjadi takut,
karena mengetahui kenyataan bahwa yang menegurku tadi ternyata WARIA..
Tapi utnuk menutup rasa takutku, aku pun tersenyum dan berusaha menjawab iya..
Hufthhh,rasanya ingin cepat cepat kabur saat itu..
Namun lagi2 pikiran dan tubuhku tidak sinkron..
tubuh ini malah melangkah mendekati kedua waria itu..
dengan langkah gemetar namun pasti akhirnya aku pun sampai di dekat kedua waria itu..
Berusaha menyapa mereka, senatural mungkin dan tentunya dengan wajah tanpa dosanya anak2..
Dan selang beberapa kalimat yang terlontar akhirnya komunikasi diantara aku dan 2 waria itu menjadi cair..
Aku menanyakan mulai dari hal yang kecil mengenai mereka
sampai menanyakan alasan mereka menjadi WARIA??
Dan ternyata mereka mengemukakan jawaban yang cukup membutkau termenung..
Faktanya mereka adalah para lelaki normal yang telah berkeluarga dan mempunyai anak, namun mereka menjadi WARIA karena tuntutan keadaan saja.. Mereka mengatakan bahwa mereka akan berhenti bekerja sebagai WARIA apabila telah mendapatkan pekerjaan layak yang lain..
Dan yang luar biasanya salah seorang diantara mereka mengatakan
“De,lebih baik saya yang berdandan seperti ini daripada istri saya yang mengumbar pahanya, merelakan istri saya disentuh oleh laki2 lain karena menjadi pelacur.. lebih baik saya yang bekerja seperti ini, toh kalau saya bersentuhan atau disentuh dengan lelaki kan masih sejenis…”
Temenya sambil tersenyum pun menyambung kalimat temannya..”kalo kata ustadz itu mah masih muhrim (laki-laki sama laki-laki)”
Aku pun tersenyum renyah mendengar perkataan itu
sambil berpikir apakah saya bisa bertanggun jawab penuh untuk membiayai istri dan keluarga saya kelak…Hufthhh(aku pun mengambil napas panjang, mengingat beban yang akan aku tanggung kelak)..
Waria itu pun melanjutkan ceritanya ”Dan saya melakukan ini juga karena anak saya ingin melaksanakan kegiatan ulangan semesteran minggu depan, jadi butuh dana yang lebih banyak lagi …”
Dalam hati saya berkata (perjuangan orang tua untuk membiayai pendidikan anak memang sangat luar biasa, tapi perjuagan anak disekolah kadang terlalu banya bermalas-malasan di sekolahan..Malah seringkali mereka Bangka ketika membolos dengan temannya,, Ya, mungkin karena mereka belum sadar betapa beratnya orang tua mereka membiayai pendidikan mereka)
Perbincangan saya pun berlanjut dengan beberapa pertanyaan baik dari saya maupun dari kedua waria itu.. Dan tanpa terasa adzan isya pun sudah terdengar, sayapun memeberikan isyarat untuk segera sholat isya.. kedua waria itu pun memahami isyrat yang diberikan dan memberikan anggukan tanda memberikan persetujuan untukku memenuhih panggilan tuhan..
Suara adzan maghrib pun memecah dunia, maghrib memang waktu sholat yang paling ramai orang-orang ke mesjid dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya..
Suara adzan dari sang muadzin terdengar serak dan berat, mungkin karena yang punya suara sudah menua dan napasnya pun tersengal..
Yah itulah realita, rata2 penggurus dan jamaah sholat mesjid memang di dominasi oleh orang orang usia senja..mungkin karena si muda terlalu asik dengan dunia..
Aku tidak ingin terlena dengan dunia yang fana ini, dan aku pun segera bergegas menuju masjid didekat rumah dengan mengenakan baju koko putih dan celana bahan berwarna biru..
Kegiatan sholat maghrib berjamaah pun berlangsung secara khidmat..
Selesai dari sholat aku pun bergegas untuk pulang ke rumah..
Namun diperjalanan pulang,, tiba-tiba terdengar suara orang yang meneggurku
“Ihh ada Dede Lucu,.”
Aku pun merasa terusik, karena aku kan bukan dede2 lagi, aku sudah dewasa karena sudah kuliah.. mungkin karena pakaianku yang seperti anak SMP, dia memanggil ku dede.. ah sudahlah aku pun berusaha menghiraukan suara tersebut dan tetap mempercepat langkah..
Namun,
Sumber suara yang lain menyambung perkataan temannya
“Dede lucu, abis pulang sholat maghrib ya?
Aku pun sedikit penasaran dengan sumber suara tersebut, karena jenis suara yang sedikit aneh karena bernada genit tapi jenis suaranya terasa berat seperti lelaki..
aku pun menoreh ke sumber suara itu.. Dan melihat ternyata yang menggodaku adalah
2 ORANG WARIA yang sedang beristirahat di warung kelontongan…
Mengetahui kenyataan itu aku yang tadinya kesal
Berubah drastis menjadi takut,
karena mengetahui kenyataan bahwa yang menegurku tadi ternyata WARIA..
Tapi utnuk menutup rasa takutku, aku pun tersenyum dan berusaha menjawab iya..
Hufthhh,rasanya ingin cepat cepat kabur saat itu..
Namun lagi2 pikiran dan tubuhku tidak sinkron..
tubuh ini malah melangkah mendekati kedua waria itu..
dengan langkah gemetar namun pasti akhirnya aku pun sampai di dekat kedua waria itu..
Berusaha menyapa mereka, senatural mungkin dan tentunya dengan wajah tanpa dosanya anak2..
Dan selang beberapa kalimat yang terlontar akhirnya komunikasi diantara aku dan 2 waria itu menjadi cair..
Aku menanyakan mulai dari hal yang kecil mengenai mereka
sampai menanyakan alasan mereka menjadi WARIA??
Dan ternyata mereka mengemukakan jawaban yang cukup membutkau termenung..
Faktanya mereka adalah para lelaki normal yang telah berkeluarga dan mempunyai anak, namun mereka menjadi WARIA karena tuntutan keadaan saja.. Mereka mengatakan bahwa mereka akan berhenti bekerja sebagai WARIA apabila telah mendapatkan pekerjaan layak yang lain..
Dan yang luar biasanya salah seorang diantara mereka mengatakan
“De,lebih baik saya yang berdandan seperti ini daripada istri saya yang mengumbar pahanya, merelakan istri saya disentuh oleh laki2 lain karena menjadi pelacur.. lebih baik saya yang bekerja seperti ini, toh kalau saya bersentuhan atau disentuh dengan lelaki kan masih sejenis…”
Temenya sambil tersenyum pun menyambung kalimat temannya..”kalo kata ustadz itu mah masih muhrim (laki-laki sama laki-laki)”
Aku pun tersenyum renyah mendengar perkataan itu
sambil berpikir apakah saya bisa bertanggun jawab penuh untuk membiayai istri dan keluarga saya kelak…Hufthhh(aku pun mengambil napas panjang, mengingat beban yang akan aku tanggung kelak)..
Waria itu pun melanjutkan ceritanya ”Dan saya melakukan ini juga karena anak saya ingin melaksanakan kegiatan ulangan semesteran minggu depan, jadi butuh dana yang lebih banyak lagi …”
Dalam hati saya berkata (perjuangan orang tua untuk membiayai pendidikan anak memang sangat luar biasa, tapi perjuagan anak disekolah kadang terlalu banya bermalas-malasan di sekolahan..Malah seringkali mereka Bangka ketika membolos dengan temannya,, Ya, mungkin karena mereka belum sadar betapa beratnya orang tua mereka membiayai pendidikan mereka)
Perbincangan saya pun berlanjut dengan beberapa pertanyaan baik dari saya maupun dari kedua waria itu.. Dan tanpa terasa adzan isya pun sudah terdengar, sayapun memeberikan isyarat untuk segera sholat isya.. kedua waria itu pun memahami isyrat yang diberikan dan memberikan anggukan tanda memberikan persetujuan untukku memenuhih panggilan tuhan..
0 komentar:
Post a Comment