Sekelumit Cerita, Cinta, & Karya Nyata dari Pahlawan dengan tanda syurga
“Pa’Di jangan pergi!!!!” jerit seorang bocah..
Matanya berbinar menahan air mata yang akan tumpah, menyeruak dari kedua matanya..
Tangan munggilnya menggengam sekuat tenaga tangan Pa’Di yang akan pergi melanjutkan studi S2 nya ke Paris tentunya karena mendapatkan beasiswa..
“Hmmm, iya anak manis..” Dengan senyumnya yang Bersahaja sang guru meyakinkan anak tersebut..Tapi dalam hatinya Pa’Di ingin sekali pergi mengejar cita2 dan mimpinya selama ini..
“Bapak janji ya….!!” sambil mengacungkan cari kelingkingannya..
Lalu Pa’Di pun menyilangkan cari kelingkingnya di tangan anak itu sambil berkata “Iya,bapak janji..”
“Jangan bohong ya pa..” sang anak pun menyeka air matanya..dan memeluk sang guru..
“Hmmmm.. tapi coba berikan bapak alasan untuk tetap tinggal disini???” Tanya Pa’Di, yang sebenarnya itu hanya pertanyaan untuk meledek sang anak..
Tapi sang anak menaggapinya & memberi jawaban secara serius, sambil mengerenyitkan jidatnya tanda berpikir keras… akhirnya sang anak pun menjawab “hmm, dulu saat jadi mahasiswa bapaklah yang paling lantang menyuarakan mengenai pendidikan untuk kaum termarjinalkan seperti kami.. Tapi kenapa sekarang bapak malah ingin pergi dan berhenti berkontribusi????...”
Sang guru mengacak-acak rambut sang anak, sambil berkata “Anak pintarrrr…
Iyaaaa, bapak akaan tetap disini dan tetap berkontribusi..”
Sang anak pun membusungkan dadanya, sebagai tanda bangga atas pujian gurunya..
“Sudah larut malam, masuklah kekamarmu dan tidurlah!!” perintah Pa’Di kepada muridnya..
Dimalam hari diatas tempat pembaringannya Pa’Di pun tertegun dan merenungkan jawaban sang anak dan dalam hatinya beliau berpikir..
“Realita memang sangat jauh dari kata2 ..Para mahasiswa yang dulu pandai beretorika meneriakan dan menuntut hak-hak kaum yang termarjinalkan.. Namun setelah lulus mereka lebih sering berfokus tuk bekerja, melanjutkan studinya, atau mencari pasangan sejatinya tuk mengikrarkan janji sehidup semati.. Hanya sedikit yang berusah menyentuh GrassRoot.. Tingkat Knowledge sharing mereka pun sangat rendah, untuk kaum2 papah..
Yah, tapi apa boleh buat.. mereka punya hak untuk itu.. karena mereka punya kewajiban tuk membalas budi para orang tua yang membiayai studi mereka..karena meraka ingin memberikan materi dan meraih prestasi agar orang tua mereka bangga..
Sedangkan aku biarlah tetap berkontribusi kepada mereka, sebagai tanda cinta sejati ku sebagai seorang guru, toh GURU itu kan PAHLAWAN TANPA TANDA JASA jadi tidak harus menuntut balasan apapun… AAhhhhhh tapi aku muak dengan Panggilan itu..
Bagaimana Kalau aku ganti GURU ITU PAHLAWAN DENGAN TANDA SYURGA… karena salah satu amalan yang tidak akan terputus adalah ILMU YANG BERMANFAAT dan itulah yang selalu diberikan guru kepada anak muridnya.. Selain itu dengan menjadi guru aku akan menjadi AYAHANDA & IBUNDA dari anak2 didiknya di sekolah dan bila anak2 itu mendoakannya maka itu akan menjadi amalan yang tidak akan terputus juga sampai akhirat kelak…. ya..DOA DARI ANAK SHALEH”
Tuhan…!!!
Lalu bagaimana Pa’Di membahagiakan orang tuanya??
mencari uang untuk dirinya??
Bahkan mencari pasangan sejatinya tuk mengikrarkan janji sehidup semati??
Tenang saja Tuhan bekerja secara misterius dan scenario kehidupan tuhan itu alangkah indahnya apabila disyukuri dan terus berprasangka baik kepada-Nya..
Pa’Di tetap bisa membahagiakan orang tuanya.. dengan mengeluarkan Buku berjudul
“IBU (Ini Bunga Unggu), tanda cinta untuk singel mother”.. Hasil penjualan buku tersebut beliau dedikasikan untuk ibunya..
Dan uang untuk kehidupan sehari-harinya beliau dapatkan dari hasil karya tulisannya sebagai penulis lepas di salah satu penerbit..
Sedangkan pasangan sejati, Pa’Di bersandingan dipelamin dengan wanita berkebangsaan perancis yang sedang studi di Indonesia.. Sehingga tiap tahunya dia dapat pulang kampung ke rumah istrinya di Sorbonne,PARIS…
“Pa’Di jangan pergi!!!!” jerit seorang bocah..
Matanya berbinar menahan air mata yang akan tumpah, menyeruak dari kedua matanya..
Tangan munggilnya menggengam sekuat tenaga tangan Pa’Di yang akan pergi melanjutkan studi S2 nya ke Paris tentunya karena mendapatkan beasiswa..
“Hmmm, iya anak manis..” Dengan senyumnya yang Bersahaja sang guru meyakinkan anak tersebut..Tapi dalam hatinya Pa’Di ingin sekali pergi mengejar cita2 dan mimpinya selama ini..
“Bapak janji ya….!!” sambil mengacungkan cari kelingkingannya..
Lalu Pa’Di pun menyilangkan cari kelingkingnya di tangan anak itu sambil berkata “Iya,bapak janji..”
“Jangan bohong ya pa..” sang anak pun menyeka air matanya..dan memeluk sang guru..
“Hmmmm.. tapi coba berikan bapak alasan untuk tetap tinggal disini???” Tanya Pa’Di, yang sebenarnya itu hanya pertanyaan untuk meledek sang anak..
Tapi sang anak menaggapinya & memberi jawaban secara serius, sambil mengerenyitkan jidatnya tanda berpikir keras… akhirnya sang anak pun menjawab “hmm, dulu saat jadi mahasiswa bapaklah yang paling lantang menyuarakan mengenai pendidikan untuk kaum termarjinalkan seperti kami.. Tapi kenapa sekarang bapak malah ingin pergi dan berhenti berkontribusi????...”
Sang guru mengacak-acak rambut sang anak, sambil berkata “Anak pintarrrr…
Iyaaaa, bapak akaan tetap disini dan tetap berkontribusi..”
Sang anak pun membusungkan dadanya, sebagai tanda bangga atas pujian gurunya..
“Sudah larut malam, masuklah kekamarmu dan tidurlah!!” perintah Pa’Di kepada muridnya..
Dimalam hari diatas tempat pembaringannya Pa’Di pun tertegun dan merenungkan jawaban sang anak dan dalam hatinya beliau berpikir..
“Realita memang sangat jauh dari kata2 ..Para mahasiswa yang dulu pandai beretorika meneriakan dan menuntut hak-hak kaum yang termarjinalkan.. Namun setelah lulus mereka lebih sering berfokus tuk bekerja, melanjutkan studinya, atau mencari pasangan sejatinya tuk mengikrarkan janji sehidup semati.. Hanya sedikit yang berusah menyentuh GrassRoot.. Tingkat Knowledge sharing mereka pun sangat rendah, untuk kaum2 papah..
Yah, tapi apa boleh buat.. mereka punya hak untuk itu.. karena mereka punya kewajiban tuk membalas budi para orang tua yang membiayai studi mereka..karena meraka ingin memberikan materi dan meraih prestasi agar orang tua mereka bangga..
Sedangkan aku biarlah tetap berkontribusi kepada mereka, sebagai tanda cinta sejati ku sebagai seorang guru, toh GURU itu kan PAHLAWAN TANPA TANDA JASA jadi tidak harus menuntut balasan apapun… AAhhhhhh tapi aku muak dengan Panggilan itu..
Bagaimana Kalau aku ganti GURU ITU PAHLAWAN DENGAN TANDA SYURGA… karena salah satu amalan yang tidak akan terputus adalah ILMU YANG BERMANFAAT dan itulah yang selalu diberikan guru kepada anak muridnya.. Selain itu dengan menjadi guru aku akan menjadi AYAHANDA & IBUNDA dari anak2 didiknya di sekolah dan bila anak2 itu mendoakannya maka itu akan menjadi amalan yang tidak akan terputus juga sampai akhirat kelak…. ya..DOA DARI ANAK SHALEH”
Tuhan…!!!
Lalu bagaimana Pa’Di membahagiakan orang tuanya??
mencari uang untuk dirinya??
Bahkan mencari pasangan sejatinya tuk mengikrarkan janji sehidup semati??
Tenang saja Tuhan bekerja secara misterius dan scenario kehidupan tuhan itu alangkah indahnya apabila disyukuri dan terus berprasangka baik kepada-Nya..
Pa’Di tetap bisa membahagiakan orang tuanya.. dengan mengeluarkan Buku berjudul
“IBU (Ini Bunga Unggu), tanda cinta untuk singel mother”.. Hasil penjualan buku tersebut beliau dedikasikan untuk ibunya..
Dan uang untuk kehidupan sehari-harinya beliau dapatkan dari hasil karya tulisannya sebagai penulis lepas di salah satu penerbit..
Sedangkan pasangan sejati, Pa’Di bersandingan dipelamin dengan wanita berkebangsaan perancis yang sedang studi di Indonesia.. Sehingga tiap tahunya dia dapat pulang kampung ke rumah istrinya di Sorbonne,PARIS…
1 komentar:
hmmm.... tulisan ini tetap tidak menjawab pertanyaan knp gak mau jadi menteri pendidikan...
boleh gak sedikit dilanjutkan??
"Karena sesuatu dan lain hal, akhirnya Pa'Di harus berhenti sementara untuk berkontribusi dengan murid2 kesayangannya. Sewaktu pulang kampung ke Sorbonne bersama sang istri, Pa'Di langsung mendapatkan tawaran dari kedutaan besar perancis untuk melanjutkkan studi S2 dan S3 nya di universitas kenamaan sesuai dengan kampung sang istri. Pa'Di hanya memiliki waktu 1 minggu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Setelah mendapatkan restu dari ibu, sang istri dan mendapatkan jawaban dari shalat istikharah, akhirnya Pa'Di menjawab 'done' dengan pertanyaan yang diajukan pihak kedutaan.
6 tahun kemudian, Pa'di kembali ke tanah air. Ia rindu dengan anak didiknya. Walau berada jauh, ia terus memantau perkembangan anak didiknya. Dan ternyata, ketika hari kedatangannya tiba, Pa'Di kaget melihat sekolah yang dia dirikan dengan apa adanya kini menjadi sebuah gedung yang berdiri tegak. Pa'Di amat terharu, tapi karena penasaran, ia terus mencari anak didiknya dulu. Namun, tidak ketemu.
Setelah itu, Pa'Di kembali melanjutkan hidup di kota dengan menjadi guru, dosen dan pakar pendidikan. Karena prestasinya yang membanggakan, Pa'Di diajukan untuk menjadi asisten menteri pendidikan.
Waktu pun berlalu, Pa'Di terus berupaya untuk membuat banyak anak tersenyum dan menatap indah dunia melalui cakrawala pendidikan. Lalu, Pa'Di dipercaya untuk menggantikan menteri periode sebelumnya dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan Nasional."
Wallahualam bissawab...
Allah selalu memberikan yang terbaik jika hamba Nya senantiasa berikhtiar dan bertawakal karena-Nya.
Post a Comment