ads

Camkan ini wahai diri


Titah amanah yang terembankan kini makin lama terasa makin bertambah,
Disatu amanah diri dituntut untuk menjadi qiyadah yang bijak,
Sebagaimana bijaknya salman al farisi saat menjabat sebagai  amir,
Ketika sahabat datang ke rumahnya salman terlihat sedang duduk menggodok tepung, maka ketika sahabat bertanya, kemanakah pelayannya? ujarnya "saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus"..
Dan inilah yang seharusnya diterapkan oleh para qiyadah,
Tidak memberikan amanah yang berlebih kepada para jundinya
Mereka harus memberikan amanah yang proporsional kepada jundinya
sehingga mereka dapat profesional dalam amal-amalnya.

Disisi lain saya di tuntut untuk menjadi jundi yang taat,
Taat terhadap tugas-tugas yang diberikan,
Dan saya pun banyak belajar tentang ketaatan dari mereka yang tidak taat,
Mereka yang dengan mudahnya menolak titah amanah dari qiyadahnya,
Dengan egonya menolak keputusan jamaah,
Ego atas nama keluarga padahal sang qiyadah tentunya juga punya keluarga bukan,
atau boleh jadi mungkin sang qiyadah adalah seorang yatim yang lebih dibutuhkan perannya dikeluargannya..
Ego atas nama materi padahal sang qiyadah boleh jadi memakai uang-uang pribadinya,
sedangkan boleh jadi itu adalah harta anak yatim yang seharusnya tidak digunakan..
Dan sikap egoisme lainnya yang ditunjukan & diperlihatkan sampai saat ini..
Terlebih lagi dengan egonya mereka malah dengan mudahnya menyuruh para qiyadahnya untuk mengantikan posisi mereka, menggantikan tugas-tugas dakwah mereka.

Padahal dulu kisah-kisah sahabat begitu terdengar keras pekik heroik perjuangannnya,
Mereka rela menggorbankan harta, nyawa, tahta, untuk Rosulullah sebgai qiyadah mereka,
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Khubaib bin 'adi, ketika dia ditahan oleh orang - orang quraisy dan merupakan peristiwa pertama dalam sejarah bangsa arab, dimana mereka menyalib seorang laki-laki. Disaat itu juga dia disiksa perlahan-lahan. Disaat orang mengira dia sudah tidak berdaya, maka salah seorang pemimpin quraisy mendekatinya sambil berkata "sukakah engkau, Muhammad menggantikanmu, dan engkau sehat wal'afiat bersama keluargamu?"
Mendengar perkataan itu, dengan sekejab tenaga khubaib terasa pulih kembali, lalu berkata dengan lantang:
"Demi Allah tak sudi aku bersama anak istriku selamat meni'mati kesenangan dunia, sedang Rasulullah kena musibah walau sepotong duri...!"
kata-kata itu pun bagaikan aba-aba untuk memberi keleluasaan bagi anak-anak panah dan mata pedang untuk mencapai sasaran pahlawan ini.

Refleksi kecintaan jundi terhadap qiyadahnya memang tercerminkan dalam kisah itu.
Seharusnya menjadi contoh agar menjadi jundi yang taat.
Yang menolak kesenangan dunia, walaupun telah dijanjikan untuk didapatkannya,
Karena mereka tau bahwa ada kehidupan yang lebih kekal diakhirat sana.
Sebagaimana yang terusarat dalam Al-qur'an
(96) Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
(97) Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
An Nahl: 96-97

Wahai diri camkanlah hal ini..
Sebaik-baik kamu adalah yang bermanfaat bagi ummat,
Tak peduli mata sedikit tidur
Tapi biarkan para saudara kita nyaman dengan waktu istirahat & rehatnya
Tak peduli Nyawa sekarat.
Asalkan yang lain selamat.
Semangat untuk berkontribusi dunia & akhirat.
Share on Google Plus

About MuRaNu

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: