Masih kuingat jelas, hari ketika hujan deras membasahi bumi-Mu dan dinginnya angin memeluk malam itu hingga tanah mencair dalam beku. Butirannya membasahi tubuh dan mendinginkan kelu, ia bukan hanya menggetarkan tapi juga membuat siapa pun yang beradu dengannya akan merasa kalah karena tak berdaya. Di malam itu aku belajar, bahwa BELUMLAH APA-APA yang sudah kulakukan. BELUMLAH SEBERAPA, langkah yang terlanjur kutapaki. Engkau memberiku satu titik kontemplasi yang maha dahsyat, menyengat, sampai-sampai aku tertatih-tatih di bawah pohon-pohon yang rindangnya mulai habis setelah musim gugur mulai berdatangan. Di masa itu, aku BELAJAR, banyak sekali BELAJAR. Tentang yang namanya IDEALISME, tentang IKHLAS, tentang HARAPAN, juga tentang DO’A-DO’A panjang yang sering lalai untuk kuucapkan. Di masa itu kutanamkan dalam jiwa, bahwa masih banyak PR yang harus terselesaikan, masih banyak cerita yang belum sempat kusempurnakan dan kuakhiri dengan indah.
Di masa itu, Engkau bukan hanya memberiku satu momen yang paling berharga, namun juga memberiku cahaya kelapangan untuk berpikir secara jernih. Di masa itu, setidaknya aku menafsirkan kuasa-Mu yang jatuh melimpah dan mengairi gersangnya hati para penghamba.
Ikhtiar itu berarti, walaupun tanda-tanda kegagalan telah di depan mata, tapi kita terus berusaha maksimal. karena kita tahu, bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu. karena saat Allah berkata “jadilah!”, maka jadilah.
0 komentar:
Post a Comment