Jalan dakwah memang bukanlah jalan yang penuh dengan kemudahan, selayaknya tujuan kehidupan yang berorintasi kepada Ridho ALLAH sehingga kita mendapat syurga-Nya. Maka harus ada ujian-ujian yang harus dihadapi oleh manusia di dunia. Dan cobaan-cobaan itu pasti akan bertambah banyak & sulit, selayaknya menaiki anak tangga yang kian meninggi dan yakinlah akhir dari titian anak tangga itu adalah syurga.
Cobaan-cobaan yang ada dari sisi Internal diri kita diantaranya:
Pertama, gejolak syahwat. Banyak orang yang terpeleset oleh gejolak ketertarikan pada lawan jenis ini. Bagi mereka yang belum menikah, gejolak ini biasanya lebih besar dan lebih berpeluang “menggoda.” Dan yang lebih parahnya banyak aktivis dilingkungan kampus yang sudah tidak terhitung remaja lagi masih saja terjebak dengan syahwat masa mudanya. Padahal sudah selaknya bahwa ketika salah seorang insan berani MENCINTAI, maka berani juga MENIKAHI, & takut untuk MENZINAHI karena tidak terikat oleh ikatan suci.
Kedua, gejolak amarah. Seperti kisah Khalid saat menghadapi Jahdam dan pemuka bani Jazimah, gejolak amarah ini bisa berakibat fatal termasuk bagi citra dakwah hubungan antar aktifis dakwah, dan terjadinya fitnah diantara kaum muslimin. Amarah yang masih cendenrung mengebu dikalangan aktivis kampus seringkali menjadikan konflik internal antar aktivis, oleh karena itu perlu dibangun komunikasi dan tingkat ukhuwah satu sama lain.
Ketiga, gejolak heroisme. Semangat heroisme memang bagus dan sangat perlu, tetapi ketika sudah tidak proporsional ia akan mendatangkan sikap ekstrem yang berbahaya bagi kemaslahatan dakwah dan umat. Kasus pembunuhan terhadap Nuhaik yang dilakukan Usamah bin Zaid adalah contohnya. Heroisme ini pula lah yang terkadang menjadikan seseorang merasa sangat memiliki organisasi ini, sehingga tidak terbentuknya sistem kejamaah didalam organisasi itu. Yang ada adalah "one man show" yang membut seolah-olah yang menggerakan sistem itu adalah hanya satu orang saja, yang lain merupakan robot-robot dakwah yang digerakan oleh satu orang itu. Dan mungkin ini sudah menjadi tabiat dari para golongan tua yang terkesan egois ketika sudah menjadi pemimpin, yang tidak mau mempercayakan amanah kepada golongan muda untuk meneruskan perjuanggannya.
Keempat, gejolak kecemburuan. Seperti kecemburuan Anshar pada para mualaf yang mendapatkan hampir semua ghanimah perang Hunain, sikap ini bisa berefek pada melemahnya soliditas internal jamaah. Meskipun yang dicemburui oleh Anshar sebenarnya adalah perhatian Rasulullah dan bukan materi ghanimah-nya, gejolak ini segera diselesaikan Rasulullah karena jika dibiarkan bisa berdampak negatif.
Problematika eksternal
Diantara problematika dakwah di Indonesia yang menyangkut aspek spiritual dan kultural adalah:
Tips-tips agar tegar dijalan dakwah:
Agar tegar dalam menghadapi ejekan, sadarilah bahwa ejekan kepada Rasulullah jauh lebih hebat; maka biarkan saja semua orang mengejek, tidak perlu diladeni.
Agar tegar dalam menghadapi fitnah, tetaplah bekerja dan beramal maka umat akan tahu siapa yang benar dan siapa yang tukang fitnah.
Agar tegar dalam menghadapi teror fisik, tawakallah kepada Allah dan berdoalah senantiasa, di samping persiapan lain yang juga perlu dilakukan oleh struktur dakwah.
Agar tegar dalam menghadapi manisnya rayuan, jagalah keikhlasan dan senantiasa memperbarui niat, waspada dan tetap bersama jamaah.
Cobaan-cobaan yang ada dari sisi Internal diri kita diantaranya:
Pertama, gejolak syahwat. Banyak orang yang terpeleset oleh gejolak ketertarikan pada lawan jenis ini. Bagi mereka yang belum menikah, gejolak ini biasanya lebih besar dan lebih berpeluang “menggoda.” Dan yang lebih parahnya banyak aktivis dilingkungan kampus yang sudah tidak terhitung remaja lagi masih saja terjebak dengan syahwat masa mudanya. Padahal sudah selaknya bahwa ketika salah seorang insan berani MENCINTAI, maka berani juga MENIKAHI, & takut untuk MENZINAHI karena tidak terikat oleh ikatan suci.
Kedua, gejolak amarah. Seperti kisah Khalid saat menghadapi Jahdam dan pemuka bani Jazimah, gejolak amarah ini bisa berakibat fatal termasuk bagi citra dakwah hubungan antar aktifis dakwah, dan terjadinya fitnah diantara kaum muslimin. Amarah yang masih cendenrung mengebu dikalangan aktivis kampus seringkali menjadikan konflik internal antar aktivis, oleh karena itu perlu dibangun komunikasi dan tingkat ukhuwah satu sama lain.
Ketiga, gejolak heroisme. Semangat heroisme memang bagus dan sangat perlu, tetapi ketika sudah tidak proporsional ia akan mendatangkan sikap ekstrem yang berbahaya bagi kemaslahatan dakwah dan umat. Kasus pembunuhan terhadap Nuhaik yang dilakukan Usamah bin Zaid adalah contohnya. Heroisme ini pula lah yang terkadang menjadikan seseorang merasa sangat memiliki organisasi ini, sehingga tidak terbentuknya sistem kejamaah didalam organisasi itu. Yang ada adalah "one man show" yang membut seolah-olah yang menggerakan sistem itu adalah hanya satu orang saja, yang lain merupakan robot-robot dakwah yang digerakan oleh satu orang itu. Dan mungkin ini sudah menjadi tabiat dari para golongan tua yang terkesan egois ketika sudah menjadi pemimpin, yang tidak mau mempercayakan amanah kepada golongan muda untuk meneruskan perjuanggannya.
Keempat, gejolak kecemburuan. Seperti kecemburuan Anshar pada para mualaf yang mendapatkan hampir semua ghanimah perang Hunain, sikap ini bisa berefek pada melemahnya soliditas internal jamaah. Meskipun yang dicemburui oleh Anshar sebenarnya adalah perhatian Rasulullah dan bukan materi ghanimah-nya, gejolak ini segera diselesaikan Rasulullah karena jika dibiarkan bisa berdampak negatif.
Problematika eksternal
Diantara problematika dakwah di Indonesia yang menyangkut aspek spiritual dan kultural adalah:
berhala berhala modern baik berupa teknologi yang dijadikan rujukan kebanaran,
sains yang diabsolutkan,
materi yang ditaati,
maupun kekuasaan yang dipuja-puja;
syirik, khurafat dan tahayul yang masih merebak di masyarakat;
globalisasi dan dialektika kultural;
serta tradisi baik yang sudah tergerus dan tergantikan dengan budaya negatif efek perkembangan peradaban.
Tips-tips agar tegar dijalan dakwah:
Agar tegar dalam menghadapi ejekan, sadarilah bahwa ejekan kepada Rasulullah jauh lebih hebat; maka biarkan saja semua orang mengejek, tidak perlu diladeni.
Agar tegar dalam menghadapi fitnah, tetaplah bekerja dan beramal maka umat akan tahu siapa yang benar dan siapa yang tukang fitnah.
Agar tegar dalam menghadapi teror fisik, tawakallah kepada Allah dan berdoalah senantiasa, di samping persiapan lain yang juga perlu dilakukan oleh struktur dakwah.
Agar tegar dalam menghadapi manisnya rayuan, jagalah keikhlasan dan senantiasa memperbarui niat, waspada dan tetap bersama jamaah.
0 komentar:
Post a Comment