Banyak orang lebih mudah menerima ke'cacatan' aqidah dibandingkan untuk menerima orang dengan kecacatan fisik.
Untuk itu diperlukan energi yang besar untuk menembus segala
keterbatasan dan untuk mencapai keteratasan potensi yang dimiliki oleh
tiap diri.
Bahkan dalam ayatnya Tuhan tidak mengklasifikasikan berdasarkan
persamaan kesempurnaan fisik,tahta,penghasilan atau garis keturunan
untuk dapat hidup berpasangan.
Toh,Kesempurnaan fisik juga seringkali menjadi akibat pengingkaran nikmat,
Tahta juga seringkali menjadi sarana membuat orang merana.
Penghasilan tidak menjamin akan adanya kebahagiaan.
Garis keturunan manusia tidak selamanya linier dengan takdir baik Tuhan.
Dari seseorang yang mempunyai tatapan kosong karena keterbatasannya
tapi seringkali ia dihadapkan oleh tatapan sinis orang-orang
disekitarnya.
Saya pun belajar darinya bahwa setiap manusia pasti punya
keterbatasan. Tapi hanya sedikit yang mampu merubah keterbatasan menjadi
keteratasan dirinya diantara manusia lain.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment