ads

Kampung Nuraniku



Tok tok tok...
"Assalamualaikum.." ucap nuraniku
" wa'alaikumsalam.." jawab seseorang dari dalam rumah. Sosok itu bergegas untuk membukakan pintu mempersilahkan masuk..
"Ibu, apa kabar??" ucap nuraniku sambil mengecup tangan ibunya dengan segala rasa hormat dan cinta..
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana??" tanya ibu dengan memperhatika raut wajah anaknya yang sudah mulai dewasa..


Perbincangan pun berlanjut didalam rumah, mengalir begitu saja terasa bagaikan rintikan hujan ditanah gersang setelah lama kekeringan. Satu sama lain saling menanyakan untuk melepas rasa rindu yang ada. Tapi, ibu memang lebih banyak memposisikan diri sebagai pendengar yang baik bagi nuraniku seperti gentong kosong yang siap menampung curahan hujan dari langit. Karena ibu tahu, nuraniku butuh tempat untuk menyuarakan keluhannya dan suka duka ketika kuliah.


Penuh perasaan, nuraniku mengisahkan bagaimana perjalanan hidupnya dikota dan perjuangannya dibangku kuliah. Sampai dia bercerita tentang temannya-temanya di satu organisasi Pers dakwah kampus, mengenai perjuanganya didakwah pena, dakwah melalui media. Nuraniku bercerita tentang teman di Nuraniku yan dia ibaratkan seperti "Rasi Bintang Nuraniku", dia juga bercerita tentang perjuanganya menyelesaikan deadline pembuatan media, mulai dari tulisan, editing, layout, percetakan sampai pendistribusian media islam yang dibuatnya seperti buletin, buletin mini maupun majalah. Semuanya penuh suka cita dan perjuangan tentunya.


Akhirnya menutup perbincangannya sang ibu memeluk dan mengusap punggung nuraniku, seperti yang biasa dia lakukan sejak puluhan tahun lalu, kala nuraniku sedih. Karena ibu yakin pelukan adalah obat mujarab untuk menurunkan emosi, karena saat di peluk tubuh merasakan sentuhan neotrasmitter diotak akan mengirim hormon endorfin yang dikenal sebagai “hormon gembira” Ia membantu mengurangi rasa nyeri dan stres. Nuraniku sangan merasakan terapi jiwa sederhana nan ampuh itu.

Maka benarlah kata seorang penyair,
“Seorang ibu adalah madrasah bagi para putranya
Mempersiapkannya adalah mempersiapkan bangsa yang mulia
Seorang ibu adalah taman
Jika kau rawat dia, niscaya tumbuh subur menghijau
Seorang ibu adalah guru dari guru yang pertama
Gerak-geriknya mempengaruhi seluruh ufuk”  




CANTIK (Catatan Akhir Nuraniku Imajinasi Ketua)
Road to muktamar 2011
Share on Google Plus

About MuRaNu

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: