ads

Mengapa Tidak Sempat Mengucapkan Selamat Tinggal??


Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan yang sangat dinanati bagi chai, karena ini adalah tahun terakhirnya dikampus. Sudah hampir 4tahun chai hijrah dari kampungnya di  desa ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Ya, chai adalah mahasiswa asal daerah yang mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi di universitas negri Jakarta. Chai adalah sosok mahasiswa yang sangat luar biasa aktif, dan dia termotivasi untuk menjadi guru dikampungnya setelah lulus. Dan takdirlah yang mengantarkannya ke UNJ sebagai mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggris. Sesuai namanya chai yang dalam bahasa sunda berarti air, sifat chai pun menyerupai air yang selalu bergerak dan memberikan kesegaran bagi teman temannya.

Didalam keluarga chai adalah anak pertama dari 3 bersaudara, orang tua chai tinggal ibunya saja yang bekerja sebagai pembuat dodol aneka rasa. Sedangkan ayah chai sudah meninggal sejak chai kelas 2SMP. Keadaan keluarga yang seperti itulah yang menjadikan chai sosok yang mandiri, chai sudah membantu ibunya memasarkan dodolnya semenjak kelas 4SD.

Sudah 3kali ramadhan chai tidak pulang ke kampungnya, selain terkendala masalah financial, chai pun mempunyai agenda-agenda organisasi diwaktu liburnya hal tersebut karena chai juga aktif diorganisasi-organisasi kampus yang biasanya banyak kegiatan disaat libur-libur kuliah. Organisasi-organisasi yang diikutinya itulah yang menjadikan chai seperti mempunya keluarga di Jakarta. Dan akumulasi rasa rindu kepada keluarga chai dirumah hanya bisa dicurahkan melalui telephone, sms, ataupun memandangi foto keluarganya yang ada dikampung sana. Dan ditiap doanya chai selalu berdoa kepada tuhan dan menitipkan keluarganya kepada tuhan karena dia yakin bahwa tuhan adalah sebaik-baiknya pelindung.

Tahun ini merupakan peak moment dalam kuliah chai, dimana dia harus menyelesaikan tugas akhir kuliahnya dan juga amanah organisasi yang makin banyak. Imbas dari itu semua aadalah makin sedikitnya waktu untuk menanyakan kabarnya dikampung. Bahkan sampai-sampai ketika ditelephone oleh keluarga dikampung chai tidak angkat karena sedang syuro atau kalaupun diangkat chailah yang lebih sering menceritakan kesulitannya dalam mengerjakan tugas akhir dan amanah-amanah lainnya. Tapi kerjakeras chai di semester akhir ini dilakukan juga untuk memenuhi amanah dari keluarganya karena chai ingin lulus tepat waktu dengan nilai yang bagus juga tentunya.

Setelah beberapa bulan dilalui dengan kerja keras akhirnya selesai sudah semua tugas akhir chai, dan chai dinyatakan lulus dari UNJ. Chai pun merasa bersyukur dan bangga akan prestasi yang diraihnya. Dan chai pun memutuskan untuk pulang kampong dengan membawa undangan wisuda untuk keluarganya. Kepulangan chai ke kampong sengaja tidak member kabar keluarganya dikampung karena ingin member kejutan bagi keluarganya. Chai pun begitu menikmati perjalanan pulang kampungnya saat ini dengan membawa oleh-oleh yang banyaka buat keluarga dikampungnya.

Sesampainya dirumah ternyata rumahnya kosong dan terkunci. Dan chai pun mengunjungi rumah pamannya yang tidak jauh dari rumahnya. Ternyata dirumah pamannya itu chai menemui 2saudara kandungnnya. Pamanya menyambut chai dengan hangat dan mebirkan chai beristirahat sebentar. Lalu setelah chai sudah cukup beristirah pamannya pun memberitahukan bahwa ibunda chai sudah tiada, ibunya sudah meninggal 2bulan yang lalu. tapi keluarga tidak mengabari chai Karena takut menganggu konsentrasi dalam pengerjaan skripsi. Dan itu adalah permintaan dari ibunda chai, dia memaksa semua keluarga di Bandung untuk tidak memberitahu tentang keadaanya ketika sakit parah. Chai, sedikit terguncang mengetahui fakta itu dia menaggis tersedu-sedu. Penyesalan dirasakan betul oleh dirinya, seakan perjuangan dia untuk meraih gelar sarjana selama ini percuma karena ibunya telah tiada. Dan doa-doa yang dilantunkannya kepada tuhan untuk menitipkan keluarganya didesa ternyata tidak dikabulkan oleh tuhan.

Dimalam harinya, batinnya selalu bertanya-tanya Mengapa tidak sempat mengucapkan selamat tinggal, ataupun mengucapkan terimakasih atas segala yang telah dilakukan oleh ibunya. Untuk menghilangkan segala gundahnya chai bangun dari tempat pembaringannya, mebasuh wudhu lalu melaksanakan sholat tahajud untuk menjadikan hatinya lebih tenang lagi, setelah itu chai pun membaca quran dan berhenti pada ayat qullu nafsin - dza ikhatul mautsetiap yang bernyawa pasti akan mati ”. Diapun menagis tersedu lagi dan berusaha memahami arti ayat itu direfleksikan dengan keadaannya saat ini, dan tidak lama kemudian dari wajahnya terbentuk simpul senyum dan akhirnya chai paham bahwa hakikatnya bukan dialah yang menitipkan ibu dan adik-adiknya didesa untuk dijaga oleh tuhan, tapi sebaliknya tuhanlah yang menitipkan ibu dan adik-adiknya kepada chai untuk dijaga,dirawat, dan juga dibahagiakan.

Keesokan paginya chai berziarah kemakan ibunya, disana hanya ada gundukan tanah yang mulai mengering dan batu nisan yang bertulisakan nama ibunya. Air mata akn segera mengering, gundukan tanah akan segera membatu, kesedihan akan segera ditumpuki dengan agenda kesibukan lainnya, maka marilah sejenak kita evaluasi diri akankah kita mati dengan kondisi iman terbaik Dan chai yakin kematian tidak akan mengakhiri cinta, cinta anak terhadap ibunda walaupun telah tiada. Karena masih ada doa sebagai media komunikasi antara chai dengan ibu yang dicintainya.
Share on Google Plus

About MuRaNu

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: