ads

Muhasabah amanahku



Pernahkah engkau merasakan indahnya diberi sebuah kesempatan (kesempatan apapun) dan engkau pun melaksanakan kesempatan yang ada tersebut dengan hati riang gembira?

Pernahkah engkau mendapatkan sebuah kesempatan, namun kemudian engkau menolak kesempatan yang ada?

Pernahkah engkau memperoleh sebuah kesempatan, kemudian engkau menjalankannya dengan berat hati?

Begitu banyak ketidakpahaman yang berloncatan di pikiran ini,”Kenapa saya?”, “Wah bagaimana ini?”, “what should I do then?”, “Hey!!! Kalian salah orang, I’m not the right one!”.

Namun akhirnya saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan sedikit melihat potensi diri “yang mungkin” menjadi kausalitas perekrutan tersebut. Saya yang dasarnya memang gamang, tanpa adanya “al fahmu”, menjalankan amanah itu selayaknya orang buta yang mencoba mengenali pemetaan benda-benda yang ada di sekitarnya. Saya mencoba mengikuti setiap alur yang ada. Diam-diam saya sempat berfikir untuk menjalani semua ini apa adanya, tanpa semangat yang membuncah karena saya fikir amanah ini bukanlah sesuatu yang penting, yang penting saya sudah berusaha menjalankan dan whatever dengan hasilnya (naudzubillah). Diri ini yang masih terlalu dini untuk sebuah amanah yang “berat” menyebabkan saya menjadi ibaratnya seorang bayi premature. Seseorang yang dipercepat proses kelahirannya.


Nah ketika itulah proses “tarbiyah” dari Allah itu terlaksana. Perlahan namun pasti “sesuatu” yang saya jalankan dengan penuh keberatan itu menyebabkan saya menemukan hal yang luar biasa. Saya terus mencoba membuka diri untuk hal-hal baru yang saya dapatkan ketika itu. Saya tetap berusaha mencoba menjadi “gelas yang setengah kosong setengah berisi” ketika tarbiyah itu merekayasa dengan indahnya pemahaman-pemahaman baru di dalam benak saya ini. Yang perlahan namun pasti mengetuk hati yang sedikit tertutup awalnya.

Kawan, amanah itu adalah titipan. Ya, titipan yang kelak akan diambil lagi… Akhirnya ketika saya sudah mulai merasakan “asyik” nya menjalankan amanah itu, limit waktu itu pun semakin mandekat. Sudah saatnya amanah itu diambil lagi dan akan diberikan kepada orang yang berhak. Dan saya akhirnya hanya bisa termangu, menyadari begitu banyak yang masih belum sempat saya lakukan dengan amanah saya tersebut…..

Amanah tidak pernah salah memilih siapa yang akan memikulnya teman! Siap atau tidak ia akan datang. Memang sedikit sekali option yang dapat kita pilih, menerima amanah dengan penuh kesiapan, menerima amanah dalam keadaan tidak siap, atau menyerah dan menjadi generasi-generasi yang terlupkan dan tergantikan? Memang amanah adalah cobaan, dan Allah tidak akan mencoba dan menguji hambaNya di luar batas kesanggupan dari manusia. Jadi untuk setiap amanah yang kita dapatkan maka optimislah amanah itu akan kita pikul dengan baik dan maksimal sehingga kelak ketika dipertanyakan oleh Allah, kita mampu menjawabnya dengan baik.

Aku ingin seperti Umar bin Abdul Aziz. Yang selalu khawatir dengan kapasitasnya menjadi khalifah, namun mampu membuktikan performanya dengan karya nyata. Yang menjemput amanah dengan kekhawatiran yang teramat sangat, namun menjalaninya dengan kesungguhan, memberikan diri dan seluruh yang dimilikinya untuk dakwah. Hingga hanya dalam 2,5 tahun masa kepemimpinannya, ia mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Aku ingin seperti Muhammad Al Fatih. Yang berfokus pada kesempurnaan, terobsesi oleh mimpi dan karya besarnya, termotivasi karena harapannya menjadi panglima terbaik penakluk Konstatinopel. Aku ingin berfokus untuk bertumbuh dan berkembang, untuk menjadi yang terbaik di antara yang terbaik. Karena Allah menciptakan surga bertingkat-tingkat, maka raihlah tingkatan surga yang tertinggi. Aku ingin seperti Muhammad Al-Fatih, yang berfokus pada kesempurnaan, untuk menjadi yang terbaik di mata Allah swt.

Aku.. ingin mengesampingkan rupa, dan berfokus pada makna
Aku.. ingin mengesampingkan kata, dan berfokus pada karya

ya Rabb karuniakanlah ikhlas kepada hati ini.. amiinn..

Lakukanlah yang terbaik dan keluarkan semua potensi maksimal yang engkau miliki karen sesungguhnya Allah lebih melihat proses bukan hasil.
Share on Google Plus

About MuRaNu

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: